ryokotomo.com – Jepang tidak hanya dikenal dengan tradisi samurainya, tetapi juga memiliki seni grafis yang luar biasa, dikenal sebagai ukiyo-e. Seni ukiyo-e yang berasal dari Jepang ini merupakan teknik cetak kayu yang kemudian divisualisasikan di atas kertas dalam bentuk lukisan. Teknik ini menggunakan balok kayu yang dipahat dengan pola tertentu yang kemudian dicelupkan tinta untuk mencetak lukisan. Ini adalah metode yang efisien untuk menggandakan lukisan dengan cepat dan biaya rendah.
Menurut National Geographic, dalam bahasa Jepang, “ukiyo” secara harfiah berarti “dunia yang terapung”. Awalnya, ini adalah istilah dalam Buddhisme yang merujuk pada ketidak kekalan dunia dan penderitaan yang diakibatkan olehnya. Selama era Keshogunan Tokugawa (1615-1868), konsep ini sangat umum dan tercermin dalam seni ukiyo-e, yang menggambarkan dunia yang terus berubah dengan segala keindahan dan kesedihannya.
Lukisan ukiyo-e memiliki berbagai tema, mulai dari kehidupan sehari-hari, pemandangan alam, sejarah, cerita rakyat Jepang, kecantikan wanita, aktor kabuki, hingga pegulat sumo. Salah satu karya seni ukiyo-e paling terkenal adalah “Under The Great Wave off Kanagawa” karya Katsushika Hokusai dari abad ke-19. Lukisan ini sering dianggap sebagai simbol perubahan besar di masyarakat Jepang akibat pengaruh asing yang digambarkan melalui gelombang besar yang menghantam.
Proses pembuatan ukiyo-e melibatkan banyak seniman dengan spesialisasi yang berbeda. Seniman pertama membuat desain gambar yang kemudian diserahkan kepada pemahat kayu untuk dipahat pada balok kayu. Setiap warna dalam lukisan memerlukan balok kayu terpisah. Setelah semua balok kayu selesai dipahat, seniman pencetak akan mengaplikasikan tinta pada balok kayu dan mencetak gambar di atas kertas.
Seni ukiyo-e muncul pada akhir abad ke-17 dan berkembang pesat selama era Keshogunan Tokugawa. Urbanisasi dan kebangkitan kelas menengah pada masa itu mendorong perkembangan budaya, termasuk ukiyo-e. Awalnya dianggap sebagai seni kelas dua karena berbeda dari lukisan kanvas tradisional, ukiyo-e memungkinkan masyarakat umum menikmati seni lukis yang sebelumnya hanya dapat diakses oleh orang kaya.
Menurut Victoria and Albert Museum, cetakan ukiyo-e awalnya berwarna monokrom, namun pada tahun 1765 teknik cetak berwarna, dikenal sebagai nishiki-e, mulai berkembang. Keindahan dan konsistensi teknik ini membuat ukiyo-e dihargai sebagai karya seni bernilai tinggi. Pengaruh ukiyo-e bahkan mencapai dunia Barat, mempengaruhi pelukis terkenal seperti Van Gogh yang mengoleksi ratusan cetakan ukiyo-e.
Meskipun seni ukiyo-e mengalami penurunan pada akhir abad ke-19 karena modernisasi dan munculnya fotografi, teknik ini masih digunakan oleh beberapa seniman hingga hari ini demi menjaga warisan budaya Jepang yang kaya tetap hidup.
Untuk Informasi Unik dan Travel Jepang, selalu buka ryokotomo.comIkuti kami di Facebook, Twitter dan Instagram @ryokotomoid