ryokotomo.com – Kabocha merupakan sebuah labu yang berasal dari Jepang. Labu satu ini kerap dikonsumsi ketika memasuki musim gugur di sana. Oleh sebab itu, saat kamu berkunjung ke Jepang saat musim tersebut, Kabocha sering ditemukan pada berbagai tempat makan.
Keberadaan Kabocha sendiri memiliki kisah unik yang mungkin sebagian orang belum tahu. Jika kamu ingin mengenal buah tersebut lebih dalam, kita simak ulasannya di bawah ini.
Ciri Fisik Kabocha
Kabocha atau memiliki nama latin Cucurbita maxima memiliki batang bundar yang kuat. Daunnya lebar bundar hingga berbentuk menyerupai ginjal yang agak bergigi dan terdapat sulur. Tangkai buahnya bulat dan berdaging saat dewasa dengan kulitnya yang keras.
Buahnya bulat kecil pipih dengan kulit hijau gelap khas dengan garis-garis hijau muda. Ukuran buah ini rata-rata sekitar 1,2 hingga 2,0 kg dengan waktu jatuh tempo berkisar antara 13 hingga 17 minggu.
Daging buahnya berwarna oranye atau kuning karena mengandung senyawa karoten yang tinggi. Biji buah kabocha padat berwarna kecoklatan atau putih lembut. Lalu, diselimuti oleh lapisan pelindung yang biasa disebut hull.
Warna kontras dari kulit hijau tua dan daging labu berwarna oranye cerah menambah dimensi visual yang menarik pada hidangan. Dagingnya juga bisa diambil dari cangkangnya setelah dimasak, atau bisa diiris menjadi irisan dan kemudian dibakar atau dipanggang. Menumis, merebus, dan mengukus juga merupakan teknik memasak yang umum, labu juga bisa dimasak dalam microwave.
Labu Kabocha sangat ideal untuk membuat sup, saus, selai, dan chutney. Ini bekerja dengan baik sebagai bahan dalam casserole dan gratin, kari, dan semur, dan yang lebih kecil adalah kandidat yang bagus untuk diisi.
Sejarah Kabocha
Meskipun labu satu ini sudah dianggap berasal dari Jepang, tapi secara umum, tanaman labu berasal dari Amerika. Bahkan, ini merupakan salah satu tanaman utama dan paling awal yang dibudidayakan di Meksiko dan Amerika Utara. Kabocha juga dikembangkan bersama dengan tanaman lain seperti jagung dan kacang-kacangan.
Orang Meksiko telah membudidayakan dan mengkonsumsi labu sejak 8.000 SM. Lalu, penjajah Amerika kemudian menyebutnya sebagai labu yang berarti ‘sesuatu yang dimakan mentah’.
Squash telah diperkenalkan ke penjajah Eropa oleh Indian Amerika asli. Ketika kembali ke negaranya, mereka membudidayakan Kabocha di Eropa selama beberapa generasi. Saat ini, labu kabocha banyak ditanam di dunia. Masyarakat mengkonsumsi Kabocha karena rasanya nikmat dan teksturnya lembut.
Olahan Kabocha
Kabocha dapat digunakan pada semua jenis makanan manis maupun gurih. Contohnya seperti sup, casserole, kari muffin, roti, pie hingga cake. Sementara di Jepang, labu ini dikonsumsi secara luas dinikmati dengan cara dipanggang,
Kabocha dapat ditanam dan dimakan secara luas di Jepang. Buah ini bisa dinikmati dengan dipanggang, dibakar, dipadukan sebagai bahan pembuatan cake, sup, selai, dan pie, dan sebagai bahan dalam tempura. Rasa labu satu ini cukup nikmat dan memiliki kesan manis dibandingkan dengan semua jenis labu yang ada. Tekturnya sekilas mirip ubi jalar.
Lokasi Lain Keberadaan Kabocha
Labu kabocha dapat dinikmati ke seluruh Asia. Bahkan termasuk Korea saat labu ini digunakan untuk membuat bubur nasi manis. Di Thailand, Kabocha adalah bahan umum dalam puding dan makanan penutup lainnya, serta kari.
Dalam masakan Jepang, selain tempura, Kabocha sering dipasangkan dengan pasta miso. Bahkan merupakan bahan favorit dalam shabu-shabu atau hidangan hotpot, dan untuk membuat kroket.
Labu Kabocha sangat serbaguna karena rasanya cocok untuk olahan manis maupun gurih. Seperti semua labu musim dingin (berlawanan dengan labu musim panas seperti zucchini), labu kabocha memiliki cangkang keras yang melunak saat dimasak, dan kulitnya dapat dimakan.
Demikian mengenal tentang Kabocha, makanan khas Jepang saat Musim Gugur.
Untuk Informasi Unik dan Travel Jepang, selalu buka ryokotomo.comIkuti kami di Facebook, Twitter dan Instagram @ryokotomoid